Menurut Putrinadi, salah seorang distributor mesin jahit di Jalan Gajah Mada, penjualan mesin jahit hingga masih tetap tinggi seiring masih tingginya keinginan masyarakat menggunakan jasa tailor.
”Belum lagi banyak kalangan ibu rumah tangga yang ikut kursus menjahit guna membantu perekonomian keluarga. Saya kira permintaan konsumen terhadap produk ini masih sangat menggembirakan,” ujarnya.
Dukungan perusahaan garmen yang banyak beroperasi secara umum turut pula memacu bisnis distributor mesin jahit. Terbukti, pihaknya bisa menjual mesin jahit ini rata-rata 45 unit per bulan dari berbagai merek dan tipe yang disediakan.
‘’Kami menyediakan berbagai tipe dan merek mesin jahit, seperti Buterfly dan Singer, mulai dari tipe biasa atau manual hingga menggunakan tenaga listrik atau dinamo,’’ ungkapnya.
Disinggung mengenai harga mesin jahit yang ditawarkannya bervariasi, tergantung ukuran dan jenis mesin. Misalnya, mesin jahit manual merek Butterfly dijual dengan harga mulai Rp 300.000-Rp 500.000 per unit. Mesin jahit yang menggunakan listrik atau dinamo harganya lebih mahal, yakni berkisar Rp satu jutaan lebih per unitnya.
Hal senada diungkapkan Dharmawati, salah seorang distributor mesin jahit lainnya. ‘’Permintaan mesin jahit relatif stabil. Pembeli kebanyakan datang dari kalangan ibu rumah tangga, jasa tailor dan perusahaan garmen,’’ ujarnya.
Lanjut dia, keadaan ini bisa jadi karena pengaruh perekonomian masyarakat yang belum kembali secara optimal. Tidak heran, guna menambah penghasilan dalam rumah tangga, kalangan ibu rumah tangga membuka usaha jasa jahit.
Seiring dengan perkembangan teknologi yang makin canggih, konsumen memiliki banyak pilihan. ’’Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi yang makin tinggi, keberadaan mesin jahit sudah menjadi kebutuhan primer bagi tiap orang sebagai sarana menjarit di rumah,’’ ungkapnya.
http://www.bisnisbali.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar