Memang, beberapa tahun terakhir pesanan untuk membuat speed boat semakin banyak. Tengok saja bengkel pembuat speed boat milik Bengti. Tiap tahun produksi kapalnya selalu bertambah. Tahun ini saja, laki-laki yang bernama asli Bambang Permadi itu telah mendapat order empat buah. Tiga di antaranya telah selesai dibuat.
Bahkan, pengusaha yang menekuni dunia perkapalan sejak tahun 1998 itu menduga kecenderungan untuk memiliki kapal pribadi akan terus meningkat. Ia berpendapat, saat ini orang mulai jenuh membeli mobil, apalagi kemacetan di jalan raya yang semakin parah. Sementara, rekreasi ke pantai sudah menjadi kebutuhan. Tren berlibur bersama keluarga dengan menggunakan kapal pribadi pun semakin marak. Parameternya? Ya itu tadi, dari tahun ke tahun semakin banyak saja pesanan kapal yang harus dia kerjakan.
Bukan hanya masyarakat atas saja yang gemar mengoleksi speed boat. Selain itu pesanan speedboat bisa juga dijadikan lahan bisnis seperti rental speedboat
Bukan hanya masyarakat atas saja yang gemar mengoleksi speed boat. Selain itu pesanan speedboat bisa juga dijadikan lahan bisnis seperti rental speedboat
Menurut Bengti, salah satu pemicu minat masyarakat untuk memiliki sewa speedboat pribadi adalah harga jualnya yang relatif murah. Sebuah speed boat ukuran kecil dengan interior yang sederhana dan mesin kecepatan sedang biasa dijual sekitar Rp 25 juta. Sedangkan kapal tipe long boat dengan interior yang cukup mewah bisa memakan biaya produksi sampai Rp 250 juta. Harga itu sudah termasuk bea jasa 35 persen dari biaya produksi.
Harga itu memang relatif murah. Pasalnya, untuk membuat sebuah kapal boat ukuran 14 meter x 4 meter diperlukan 1 ton resin. Dengan harga resin dipasaran yang mencapai Rp 9.000 per kilogram, maka dibutuhkan biaya Rp 90 juta. Jumlah itu akan membengkak lagi jika ditambah dengan biaya beli mesin speed boat ukuran kecil seharga Rp 5 juta. Sementara, long boat ukuran besar menggunakan mesin seharga Rp 50 juta, dengan kecepatan mesin 16 knot sampai 20 knot per jam. Padahal, sebuah kapal tipe long boat membutuhkan dua buah mesin, satu mesin utama dan sebuah lagi mesin cadangan. Tentu biayanya akan semakin membengkak.
Tapi untungnya, biaya-biaya itu bukanlah harga mati. Konsumen tinggal menetapkan berapa dana yang tersedia. Dengan patokan dana yang dimiliki konsumen, pembuat kapal pun akan menentukan spesifikasi yang tepat. Pokoknya cincai.
Lihat saja bagaimana Bengti yang lahir di
Caranya, untuk menghadapi pemesan dengan modal pas-pasan, dia dapat mencampur kapal berbahan fiber dengan bahan lain. Misalnya, rangka kapal dibuat dari bahan kayu atau tripleks dahulu, kemudian baru dilapisi oleh fiber. Hal itu bisa menurunkan biaya produksi, kendati bisa menurunkan daya tahan kapal.
http://www.majalahtrust.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar