Tampilkan postingan dengan label daftar perusahaan asuransi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label daftar perusahaan asuransi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 25 Maret 2010

Cara Pilih Perusahaan Asuransi

Memilih sebuah perusahaan asuransi yang baik memang tidak gampang. Apalagi di tengah persaingan yang ketat di antara perusahaan asuransi seperti sekarang ini.

Banyak perusahaan asuransi mengklaim mereka adalah yang terbaik. Ini bisa dilihat kalau ada produk asuransi yang ditawarkan kepada masyarakat lewat iklan-iklan, nyaris tidak ada yang kurang. Demikian pula dengan kinerja yang mereka lakukan, selalu menonjolkan yang baik-baik saja. Agak jarang manajemen perusahaan asuransi mengutarakan kelemahan-kelemahan yang mereka alami.

Meski demikian, ada beberapa faktor yang seharusnya dipertimbangkan dalam proses memilih suatu perusahaan asuransi terutama untuk asuransi jiwa dan kerugian.

Hal yang perlu diingat bahwa dalam memilih perusahaan asuransi swasta, maka yang harus dipertimbangkan secara umum adalah tiga faktor: Pertama, kekuatan keuangan (security). Kedua, jasa (service). Dan ketiga, biaya.

Kekuatan keuangan asuransi menyangkut kemampuan keuangan perusahaan tersebut untuk memenuhi janjinya jika keadaan membutuhkan. Hal ini penting diketahui, karena tidak sedikit perusahaan asuransi yang tampak di luarnya mentereng. Misalnya gedungnya bertingkat, kendaraan direksinya bagus-bagus. Tetapi tatkala terjadi klaim dari nasabah, perusahaan tersebut tidak mampu membayar.

Dalam menilai kekuatan keuangan ini ada beberapa tolok ukur yang perlu diperhatikan.

  • Aset dan liabilitasnya. Ini bisa dilihat dari laporan neraca keuangan yang diumumkan di koran. Lihat juga, apakah investasinya ditanam pada current atau longterm. Dari segi liabilitas (kemampuan melunasi kewajiban) akan terlihat di neraca, bagaimana utangnya pada reasuradur, bagaimana dia memenuhi kewajiban membayar klaim, dan lain sebagainya.

Indikator liabilitas antara lain net equity (modal sendiri) dibagi net premi (premi bersih) minimal 50%. Modal sendiri dibagi gross premi (premi kotor) minimal 20%. Batas tingkat solvabilitasnya, yang terlihat dari modal sendiri dibagi premi bersih minimal 10% dan dana investasi dibagi cadangan teknik minimal 100%.

  • Underwriting Policy. Di neraca dan laporan tahunan akan terlihat bahwa asuransinya masih untung, atau mengalami pertumbuhan laba. Ini berarti underwiting polcy-nya bagus.
  • Underwriter-nya. Asuransinya memiliki tenaga-tenaga yang berkualitas atau tidak. Itu diketahui dari profil perusahaan yang memuat para underwriter-nya.

Jasa (service) merupakan cermin sejauh mana sumber daya manusia di perusahaan tersebut berkualitas atau tidak. Apalagi, perusahaan asuransi adalah menjual jasa, maka layanan prima merupakan kunci utama. Misalnya, sejauh mana kecepatan pelayanan baik dalam menerbitkan polis apalagi dalam pembayaran santunan atau klaim. Selain itu, soal pelayanan sebenarnya bisa dirasakan sendiri oleh nasabah. Apakah perusahaan asuransi ini sudah betul-betul memberikan pelayanan terbaik buat nasabahnya.

Dalam hubungan ini perlu juga dipertanyakan, apakah perusahaan asuransi ini mereasuransikan pada reasuransi yang keamanannya kelas satu. Ini bisa dilihat dari laporan tahunannya. Hal ini penting diperhatikan, karena bila perusahaan tersebut tidak di - back up oleh reasuransi, besar kemungkinan perusahaan tersebut bersifat spekulatif dalam menerima premi.

Masalah biaya adalah seberapa besar biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi dalam operasionalnya. Kalau lebih besar biaya dibanding pemasukan, maka jelas perusahaan tersebut tidak efisien. Kalau sudah tidak efisien, maka ujung-ujungnya akan mengalami kerugian. Dan kalau terus-menerus rugi, pasti tidak sehat.

Dalam hubungan ini bisa juga dilihat harga preminya. Bandingkan harga premi asuransi yang sama dengan asuransi yang lain. Mana yang kualitasnya betul-betul baik.

Dewasa ini pemerintah sudah menentukan salah satu tolok ukur kesehatan asuransi (bukan satu-satunya) yaitu melalui mekanime RBC (risk base capital). Kalau angka RBC-nya besar, ini berarti perusahaan tersebut dinilai dalam kondisi baik. Tetapi kita tidak boleh terpaku semata-mata dengan angka RBC. Sebab, bisa pula terjadi perusahaan besar yang sedang melakukan ekspansi besar-besaran seperti membuka banyak kantor cabang, maka angka RBC-nya pasti akan kecil.

Sebaliknya, ada perusahaan asuransi yang kecil tetapi tidak pernah melakukan ekspansi, maka angka RBC-nya mungkin jauh lebih besar.

Jadi, angka RBC tidak bisa dijadikan sebagai satu-satunya ukuran, apakah perusahaan asuransi itu sehat atau tidak.

Dalam hal ini yang juga patut diperhatikan adalah kinerja perusahaan tersebut dalam dua atau tiga tahun terakhir. Seberapa besar keuntungan yang diperoleh tiap tahun, berapa besar premi bruto yang mereka terima tiap tahun, seberapa besar penambahan modal dan aset setiap tahun.

Dan yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana perilaku manajemen perusahaan tersebut selama ini. Adakah manajemen perusahaan itu selama ini ingkar janji? Pernahkah manajemen perusahaan ini mengalami wanprestasi, dan lain sebagainya.

sumber: http://www.wikimu.com

Senin, 01 Maret 2010

Manajemen Kinerja Perusahaan Asuransi

Manajemen kinerja adalah salah satu kunci sukses sebuah organisasi. Ketika suatu organisasi tumbuh dan berkembang, perkembangan tersebut akan diikuti dengan peningkatan kompleksitas dalam pengendalian organisasi. Oleh karena itu diperlukan sistem pengendalian kinerja yang sistematik dan teroganisir dengan baik. Dengan perencanaan dan proses implementasi yang baik, perusahan dapat mencapai sukses secara berkesinambungan, di mana kajian terhadap kinerja secara periodik adalah inti dari proses mencapai kesuksesan. Hal yang sama juga berlaku untuk sebuah perusahaan asuransi. Secara umum, untuk sebuah
perusahaan asuransi, pengukuran kinerja dapat dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu kinerja finansial dan kinerja non-finansial.

Kinerja finansial pada sebuah perusahaan asuransi pada umumnya diekspresikan dalam pengukuran net premium earned, laba dari aktivitas underwriting (surplus underwriting), annual turnover, return on investment, return on equity, dan sebagainya. Pengukuran-pengukuran pada aspek finansial tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu pengukuran atas kinerja laba (profit performance) dan pengukuran atas kinerja investasi.

Kinerja Laba (Profit Performance)
Kinerja Laba meliputi laba yang dapat diukur secara keuangan yang merupakan selisih antara pendapatan dan biaya. Untuk unit bisnis (cabang), selain biaya yang terjadi pada cabang yang bersangkutan, perhitungan biaya sebaiknya mengikutsertakan porsi biaya kantor pusat yang dialokasikan bagi cabang yang bersangkutan.
Kinerja Investasi
Kinerja investasi dapat dibedakan menjadi dua. Yang pertama adalah pengembalian (return) atas asset (selain kas) yang dimanfaatkan dalam menjalankan bisnis, dan yang kedua adalah pengembalian atas investasi lainnya yang didanai oleh surplus kas yang dimiliki perusahaan.Cara sederhana untuk melakukan pengukuran kinerja investasi pada unit bisnis adalah dengan menghitung return on investment (ROI) untuk masing-masing unit bisnis. Investasi pada asset di unit bisnis meliputi gedung, furniture, dan perlengkapan kantor lainnya.

Pengukuran kinerja non-finansial dapat meliputi pengukuran pertumbuhan jumlah polis, pangsa pasar, kecepatan pembuatan polis, dan lainnya seperti yang tertera pada Gambar 2 di atas. Pengukuran-pengukuran atas kinerja non-finasial tersebut dapat dikelompokan menjadi dua kategori yaitu pengukuran atas aspek internal dan pengukuran atas aspek eksternal.Pengukuran kinerja atas aspek internal meliputi:

  1. Kecepatan dalam proses pembuatan prosposal : perusahaan asuransi seharusnya memiliki mekanisme dalam proses pembuatan proposal. Mekanisme tersebut dapat dikatakan efektif jika membantu mempercepat proses pembuatan proposal.
  2. Pemberitahuan renewal secara tepat waktu: penggunaan sistem informasi akan sangat membantu perusahaan dalam menangani pemberitahuan polis yang jatuh tempo dan berpotensi untuk diperpanjang, khususnya pada saat jumlah polis sudah sangat besar.
  3. Penanganan pembatalan polis: polis-polis yang batal harus perlu dicermati dari waktu ke waktu guna mencari penyebab pembatalan polis tersebut. Seringkali perusahaan asuransi mengabaikan pentingnya melakukan pelacakan terhadap pembatalan polis yang terjadi dan kurang melakukan upaya untuk menjaga customer retention.
  4. Riset Pasar: salah satu hal penting dalam meningkatkan kinerja non-finansial dan efektivitas sebuah perusahaan asuransi adalah riset dan pengembangan. Riset dan analisis diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, perubahan kondisi persaingan pasar dan produk-produk yang perlu dikembangkan.
  5. Semangat Karyawan: seperti pada bisnis atau industri lainnya, perusahaan asuransi perlu melakukan kajian terhadap moral dan kepuasan karyawan. Kepuasan karyawan akan meningkatkan semangat karyawan dalam pekerjaannya sehingga dapat menjadi lebih efektif. Selain itu, kepuasan karyawan akan menghindari terjadinya internal fraud.
  6. Pelatihan Karyawan dan Agen: pelatihan karyawan dan agen adalah aktivitas yang sangat penting bagi suatu perusahaan asuransi dalam menghadapi lingkungan bisnis yang sangat dinamis.
Pengukuran kinerja atas aspek eksternal meliputi :

  1. Pertumbuhan jumlah polis: pertumbuhan sektor-sektor industri merupakan parameter penting sebagai pembanding pertumbuhan jumlah polis pada segmen korporasi dan pertumbuhan income per capita umumnya digunakan sebagai pembanding pertumbuhan jumlah polis pada segmen ritel.
  2. Pangsa Pasar: pangsa pasar perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan data industri asuransi yang bersumber dari publikasi, asosiasi, maupun regulator. Analisa dapat dilakukan dengan membandingkan pangsa pasar suatu cabang di lokasi tetentu. Dari sini dapat diketahui cabang-cabang mana saja yang memiliki pangsa pasar di bawah pangsa pasar perusahaan secara nasional, sehingga perlu ditingkatkan kinerjanya.
  3. Kepuasan Pelanggan: kajian akan kepuasan pelanggan terhadap sebuah kontrak asuransi sulit untuk dilakukan. Namun, kepuasan pelanggan dapat ditingkatkan dengan memberikan harga yang kompetitif, cakupan yang luas, dan kecepatan dalam administrasi polis dan pembayaran klaim.
  4. Pertumbuhan Jumlah Cabang: merupakan hasil dari pertumbuhan perusahaan dan upaya yang dilakukan perusahaan untuk memberikan pelayanan di wilayah tertentu. Kajian perlu dilakukan atas kebutuhan akan layanan asuransi dan jenis pertanggungan yang sesuai dengan kebutuhan lokal.
  5. Rata-rata Jumlah Polis per Agen: efisiensi dari sebuah cabang atau perusahaan Asuransi dapat diukur dari rata-rata jumlah polis per agen atau per account executive dalam suatu periode tertentu.
Evaluasi kinerja dilakukan untuk pencapaian perusahaan dalam aspek finansial maupun non-finansial. Kunci sukses perusahaan asuransi dalam aspek finansial maupun non-finansial yang sudah dijelaskan di atas, pada implementasinya perlu disesuaikan dengan strategi, situasi, dan lokasi dari suatu perusahaan asuransi atau cabang. Kinerja finansial umumnya dipahami dalam terminologi rasio-rasio keuangan, sedangkan kinerja non-finansial mengukur indikator-indikator yang berorientasi dengan pelanggan, pertumbuhan, dan nilai tambah untuk masyarakat. Indikator-indikator pengukuran kinerja dapat merefleksikan kinerja jangka pendek dan juga pencapaian perusahaan dalam jangka panjang.

http://www.bedacompany.com/index.php?option=com_content&view=article&id=73:manajemen-kinerja-perusahaan-asuransi&catid=42:business-landscape&Itemid=93